Pembelajaran Tematik
Pengertian pembelajaran tematik menurut Tim Pengembang Silabus (2004) , yaitu “ Strategi belajar mengajar yang mencakup beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini terpadu dalam segi proses, segi waktu, segi kurikulum, dan segi belajar mengajar.
Menurut A. Kamil (2007:17) yang dimaksud dengan pembelajaran tematik “pembelajaran yang memadukan suatu mata pelajaran sekaligus (holistic) dengan tema sebagai payungnya, dalam pelaksanaannya lebih dekat dengan integrated curriculum
Definisi yang lain tentang pembelajaran tematik dikemukakan oleh Dian Sukmara (2007), menurutnya pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa dimana keterpaduan dalam pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses waktu, aspek kurikulum dan aspek belajar mengajar
Sejalan dengan pendapat di atas dikemukakan oleh Mamat (2005: 3) Bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran tematik adalah:
“Pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kreatifitas, nilai dan sikap pembelajaran yang menggunakan tema. …Pembelajaran terpadu atau terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran bahkan lintas rumpun mata pelajaran yang diikat dalam tema tertentu”.
Pembelajaran tematik ini di kenal juga dengan pembelajaran terpadu, yang pembelajarannya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejiwaan siswa. Menurut Ujang Sukandi (Mamat,2001:12), pembelajaran terpadu dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa materi pelajaran dalam satu tema. Depinisi lain dikemukakan oleh Atkinson (1989), menurutnya “Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu (integrated curriculum) yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi siswa”.
Langkah apa saja yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik?
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, secara umum menempuh prosedur pelaksanaan pembelajaran sebanyak tiga tahap, yaitu :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, guru bidang studi pertama-tama menghitung alokasi waktu yang tersedia dalam satu tahun pelajaran yang disesuaikan dengan kalender pendidikan yang telah didetapkan oleh dinas pendidikan kabupaten dan disesuaikan dengan keadaan sekolah (satuan pendidikan). Setelah itu waktu yang tersedia di bagi persemester, setelah didapat waktu persemester kemudian dibagi perindikator. Sehingga didapat alokasi waktu per kompetensi dasar.
Tahap selanjutnya adalah memilih tema yang sesuai dengan struktur kurikulum lintas disiplin, dan sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, minat, serta kejadian-kejadian yang aktual yang terjadi di sekitar peserta didik. Sehingga tema yang diangkat dapat menarik minat peserta didik.
Setelah didapat tema yang sesuai kemudian tema tersebut dikembangkan menjadi sub-sub tema yang relevan dengan konsep yang akan di pelajari. Karena pada dasarnya inti dari sebuah tema ini berisi imformasi yang factual yang dapat di wujudkan dalam sebuah objek yang nyata.
Langkah selanjutnya dalam perencanaan adalah menyusun rencana pembelajaran, yang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung alokasi waktu yang tesedia untuk setiap kali tatap muka
b. Menempatkan materi secara urut dan logis
c. Menyusun rencana pembelajaran, disesuaikan dengan silabus yang telah ada. Dalam hal ini rencana pembelajaran merupakan penggalan-penggalan dari silabus, sehingga dapat di ketahui materi mana yang harus di tuntaskan lebih dahulu. Walaupun sebenarnya dalam pelaksanaannya bersifat pleksibel, artinya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi yang ada.
2. Pelaksanaan
Adapun dalam pelaksanaannya, penerapan pembelajaran tematik PAI di Sekolah Dasar Negri I Gunungsari Ciamis dilakukan dengan langkah – langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal ( Pembukaan )
Kegiatan awal dilakukan untuk menggali pengetahuan atau pengalaman peserta didik mengenai tema yang akan di pelajari, dalam hal ini karena peserta didik masih kelas satu maka di lakukan dengan cara-cara sebagai berikut : bernyanyi, bercerita, dan kadang dilakukan pemanasan melalui olah raga. Hal ini dilakukan agar menarik minat peserta didik untuk belajar, sehingga dengan dilakukan kegiatan tersebut konsentrasi peserta didik dapat terpusat pada tema yang kana di pelajari.
Pada kegitan awal juga kadang dilakukan dengan tanya jawab tentang pengalaman , kejadian-kejadian yang di alami oleh peserta didik. Dengan cara ini dicari pengalaman atau kejadian yang berhubungan dengan tema yang akan di pelajari. Kemudian kejadian itu diangkat menjadi satu tema, sehingga tema yang diangkat benar-benar berhubungan dengan kejadian nyata yang dialami oleh peserta didik.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam kegiatan pembelajaran lebih di fokuskan pada kegiatan kegiatan dalam upaya mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Mengigat peserta didik masih kelas satu, dan untuk menghilangkan kejenuhan bagi siswa. Maka guru menggunakan pendekatan pembelajaran “belajar sambil bermain” atau “pembelajaran yang Menyenangkan”.
Dalam kegiatan inti guru berupaya pada pencapaian indikator yang sudah di tetapkan, oleh karena itu dalam penyampaian pembelajaran menggunakan metode yang berpareasi sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
c. Kegiatan Penutup.
Kegiatan penutup dilakukan dengan mengungkap hasil pembelajaran, yaitu dengan cara menanyakan kembali materi yang telah disampaikan. Pada kegiatan penutup gurui menyimpulkan matyeri pembelajaran, dan mengungkapkan pesan – pesan penting yang ada dalam pembelajaran.
3.Penilaian
Penilaian yang dilakukan bisa menggunakan cara dan bentuk tes yang disesuaikan dengan kebutuhan , ruang lingkup, materi pelajaran, dan waktu yang tersedia. Adapun cara yang dimaksud meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
Adapun bentuk tes dalam penilaian hasil belajar siswa meliputi :
a. Tes bentuk uraian, baik itu uraian bebas atau uraian terbatas (singkat). Dimana dengan tes ini siswa diharapkan menguraikan pendapatnya berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b. Tes bentuk objektif, dalam bentuk objektif biasanya dilakukan dengan pemberian soal dalam bentuk pilihan baik itu benar – salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
c. Tes bentuk melengkapi. Biasanya dilakukan dengan menghilangkan bagian satu paragrap, sehingga tidak lengkap. Siswa diminta melengkapi paragraf tersebut
guru tinggal memilih tes yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa.
sampai sisi dulu lain kali di sambung lagi bahasannya..
Selasa, 15 Juni 2010
Minat Belajar
Minat Belajar
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu”. Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan.
a. Pengertian Minat Belajar
Ada beberapa pendapat tentang minat, dalam Poerwadarminta (2003:744) minat diartikan sebagai gairah, keinginan dan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Para ahli psikologi telah banyak mendefinisikan minat dengan berbagai variasi. Namun pada dasarnya pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi satu sama lain.
W.S. Winkel (1983:30) menyatakan bahwa, “minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”. Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Menurut Slameto (1991:182) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subyek tersebut (Slameto 1991:182). Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap mata pelajaran tertentu maka siswa tersebut harus menyenangi mata pelajaran tersebut, kemudian siswa akan memperhatikan materi yang diberikan. Kartini Kartono (1990:111) menjelaskan bahwa perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek. Perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan senang dan suasana hati, dan ditentukan oleh kemauan. Perhatian dianggap sebagai akibat dari kemampuan psikis yang disebut minat. Dalam Crow dan Crow (1988:351) ditunjukkan bahwa minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong siswa untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau aktivitas, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri.
Abu Ahmadi (1992:151) mengatakan bahwa antara minat dan perhatian pada umumnya dianggap sama atau tidak ada perbedaan. Memang keduanya hampir sama, dan dalam praktek selalu berhubungan satu sama lain. Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian terhadap sesuatu tertentu disertai dengan minat. Lobby Loekmono (1994:62) mengatakan bahwa minat merupakan salah satu hal yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik dalam studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian yang spontan terhadap bidang tersebut.
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu”. Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan.
a. Pengertian Minat Belajar
Ada beberapa pendapat tentang minat, dalam Poerwadarminta (2003:744) minat diartikan sebagai gairah, keinginan dan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Para ahli psikologi telah banyak mendefinisikan minat dengan berbagai variasi. Namun pada dasarnya pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi satu sama lain.
W.S. Winkel (1983:30) menyatakan bahwa, “minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”. Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Menurut Slameto (1991:182) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subyek tersebut (Slameto 1991:182). Dalam hal belajar apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap mata pelajaran tertentu maka siswa tersebut harus menyenangi mata pelajaran tersebut, kemudian siswa akan memperhatikan materi yang diberikan. Kartini Kartono (1990:111) menjelaskan bahwa perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek. Perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan senang dan suasana hati, dan ditentukan oleh kemauan. Perhatian dianggap sebagai akibat dari kemampuan psikis yang disebut minat. Dalam Crow dan Crow (1988:351) ditunjukkan bahwa minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong siswa untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau aktivitas, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri.
Abu Ahmadi (1992:151) mengatakan bahwa antara minat dan perhatian pada umumnya dianggap sama atau tidak ada perbedaan. Memang keduanya hampir sama, dan dalam praktek selalu berhubungan satu sama lain. Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian terhadap sesuatu tertentu disertai dengan minat. Lobby Loekmono (1994:62) mengatakan bahwa minat merupakan salah satu hal yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik dalam studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian yang spontan terhadap bidang tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)