Sabtu, 03 September 2011
Sekilas Tentang Makna Laa ilaaha ilAlloh
Makna Laa ilaaha ilAlloh [ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ ] yang benar adalah tidak ada sesembahan yang benar dan berhak disembah kecuali Alloh semata. Pada kalimat Laa ilaaha ilAlloh terdapat empat kata yaitu:
Kata Laa ( لآُ ) berarti menafikan, yakni meniadakan semua jenis sesembahan yang benar kecuali Alloh.
Kata ilah ( إِلَهَ ) berarti sesuatu yang disembah
Kata illa ( َ إِلاَّ ) berarti pengecualian
Kata Alloh (الله ) berarti ilah/sesembahan yang benar.
Dengan demikian makna [ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ ] adalah menafikan segala sesembahan selain Alloh dan hanya menetapkan Alloh saja sebagai sesembahan yang benar .[1]
Dalil tentang masalah ini adalah firman Alloh Ta’ala :
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ {62}
“Kuasa Alloh) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Alloh, Dialah (Alloh) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Alloh, itulah yang batil, dan sesungguhnya Alloh, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj:62)
Demikianlah makna Laa ilaaha ilAlloh yang benar. Pada bahasan selanjutnya akan kami nukilkan sebagian ayat-ayat yang menjelaskan tentang tafsiran makna Laa ilaaha ilAlloh beserta penjelasan para ulama.
Ayat Pertama
Firman Alloh Ta’ala,
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا {57}
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Alloh mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Alloh) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Allohmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Israa’:57)
Dalam ayat di atas, Alloh mengkhabarkan bahwa sesembahan selain Alloh yang diseru oleh kaum musyrikin baik berupa para malaikat, nabi, dan orang-orang sholih, mereka sendiri bersegera mencari kedekatan kepada Alloh dan mengharap rahmat Alloh serta takut terhadap adzab-Nya. Jika demikian kondisi sesembahan mereka yang juga merupakan makhluk, maka bagaimana bisa mereka dijadikan sesembahan selain Alloh? Bahkan mereka juga mengkhawatirkan diri mereka sendiri dengan menyembah Alloh dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah. Hal ini menunjukkan bahwa makna tauhid syahadat Laa ilaaha ilAlloh yaitu dengan meninggalkan perbuatan kaum musyrikin berupa menyembah orang-orang sholih dan meminta syafaat kepada mereka untuk menghilangkan kemudharatan karena hal itu termasuk syirik akbar. [2]
Ringkasnya, di antara makna Laa ilaaha ilAlloh adalah dengan meninggalkan perbuatan menyembah orang-orang shalih seperti yang dilakukan oleh kaum musyrikin.
Ayat Kedua
Firman Alloh Ta’ala,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّأ تَعْبُدُونَ {26} إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهدِينِ {27}
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab (berlepas diri) terhadap apa yang kamu sembah (26). tetapi (aku menyembah) Alloh Yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku“.”(QS. Az Zukhruf:26-27)
Dalam ayat di atas terdapat perpaduan antara penafian dan penetapan. Penafiannya adalah firman Alloh [ بَرَآءٌ مِّمَّأ تَعْبُدُونَ ] (berlepas diri dari yang kalian sembah), se**ngkan penetapannya adalah [ إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي ] (tetapi (aku menyembah) Alloh Yang menciptakanku). Hal ini menunjukkan bahwa tauhid tidak akan sempurna kecuali dengan mengingkari sesembahan selain Alloh dan beriman kepada Alloh semata. Dalam ayat lain Alloh Ta’ala berfirman,
ِ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ {256}
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah:256)
Ibrahim ‘alaihis sallam mengatakan [ إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي ] dan tidak mengatakan[ إِلاَّ اللهُ ]. Ada dua faedah dalam perkataan ini :
Menunjukkan tentang alasan pengesaan Alloh dalam ibadah. Sebagaimanan Alloh diesakan dalam penciptaan, maka Dia juga harus diesakan dalam ibadah.
Menunjukkan tentang kebatilan penyembahan terhadap para berhala. Berhala-berhala tersebut tidak dapat menciptakan kalian, mengapa kalian masih menyembahnya? Di sini juga terkandung alasan tentang tauhid yang memadukan antara penafian dan penetapan.
Kesimpulan dari ayat di atas bahwa tauhid tidak akan terwujud jika ada penyembahan kepada Alloh yang disert*i penyembahan kepada selain-Nya. Perwujudan tauhid hanya dengan pemurnian ibadah bagi Alloh semata. Manusia dalam hal ini dapat dibagi menjadi tiga golongan :
Golongan yang menyembah Alloh semata.
Golongan yang menyembah selain Alloh semata.
Golongan yang menyembah Alloh serta menyembah selain-Nya
Hanya golongan pertamalah yang disebut muwahhid (orang yang bertauhid).[3]
Ayat Ketiga
Firman Alloh Ta’ala,
اِتَّخَذُوْا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَآأُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا إِلَهًا وَاحِدًا لآإِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ {31}
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Alloh selain Alloh dan (juga mereka memperAllohkan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Alloh yang Esa, tidak ada Alloh (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah:31)
Alloh Ta’ala menceritakan tentang kaum Yahudi dan Nasrani bahwasanya mereka meminta nasehat kepada ulama dan rahib mereka dan mereka mentaat*inya dalam penghalalan sesuatu yang Alloh haramkan dan pengharaman sesuatu yang Alloh halalkan. Mereka mendudukkan ulama mereka sebagai Rabb yang memiliki kekhususan untuk menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Hal ini sebagaimana dilaukan kaum Nasrani yang menyembah Isa dan menganggapnya sebagai anak Alloh. Mereka mencampakkan kitabullah yang memerintahkan mereka untuk mentaati dan mengibadahi Alloh semata. Kesimpulan dari ayat ini menunjukkan bahwa makna tauhid dan syahadat Laa ilaaha ilAlloh yakni dengan mengesakan Alloh dalam mentaati apa yang Alloh haramkan dan apa yang Alloh halalkan. Barangsiapa yang menjadikan seseorang selain Alloh dalam mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya dan menghalalkan apa yang diharamkan-Nya maka dia termasuk orang musyrik.[4]
Ayat Keempat
Firman Alloh Ta’ala,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ للهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ {165}
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencint*inya sebagaimana mereka mencint*i Alloh. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Alloh semuanya, dan bahwa Alloh amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”(QS. Al Baqarah:165)
Dalam ayat yang mulia ini Alloh menceritakan kepada kita tentang sebgain manusia yang menyembah berhala. Mereka mencint*i berhala itu sebagiamana mereka mencint*i Alloh. Kemudian Alloh menerangkan bahwa kaum mukminin lebih mencint*i Alloh daripada kaum musyrikin. Hal ini karena kaum mukminin mencint*i Alloh secara murni, sementara kaum musyrikin cinta mereka terbagi kepada Alloh dan kepada berhala. Barangsiapa yang mencint*i Alloh secara murni, tentu saja cintanya kepada Alloh lebih kuat daripada orang-orang yang menyekutukan cintanya kepada Alloh.
Lalu Alloh mengancam kaum musyrikin dan menjelaskan kepada mereka bahwa pada hari kiamat nanti tatkala mereka melihat azab Alloh siap menerkam, mereka akan berangan-angan sekiranya dahulu mereka tidak menyekutukan cinta dan ibadah mereka kepada Alloh. Mereka kelak di akhirat akan mengetahui dengan seyakin-yakinnya bahwa kekuatan itu hanyalah milik Alloh semata. Dan Alloh Maha Keras siksanya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa makna tauhid dan syahadat Laa ilaaha ilAlloh adalah mengesakan Alloh dalam kecintaan yang mengharuskan seseorang mengikhlaskan seluruh ibadahnya kepada Alloh semata. [6].
Demikianlah di antara ayat-ayat tentang tafsir Laa ilaaha ilAlloh beserta penejelasan para ulama. Semoga semakin memperkokoh pondasi tauhid kita kepada Alloh ‘Azza wa Jalla. WAllohul musta’an.
Penulis: Abu ‘Athifah Adika Mianoki
Artikel www.muslim.or.id
Catatan kaki :
[1]. Lihat pembahasan selengkapnya dalam At Tamhiid li Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 72-78, Syaikh Shalih Alu Syaikh, cet. Daarut Tauhid
[2]. Al Mulakhos fii Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 62, Syaikh Sholih al Fauzan, cet. Daarul ‘Aashomah
[3]. Diringkas dari Al Qoulul Mufiid ‘alaa Kitabi at Tauhiid I/ 96-97, Syaikh ‘Utsaimin, cet. Daarul ‘Aqidah)
[4]. Al Mulakhos fii Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 64-65, Syaikh Sholih al Fauzan, cet. Daarul ‘Aashomah).
[5]. Al Jadiid fii Syarhi Kitaabi at Tauhiid hal 76-77, Syaikh Muhammad al Qor’awi, cet. Maktabah as Sawadi li taudzii
sumber : http://marifatullah.com/index.php?topic=61.0
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar